Rabu, 29 Mei 2013

PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN

PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN
A.    Defenisi Pendidikan dalam Keperawatan
·         Untuk mengatahui  definisi pendidikan  dalam perspektif kebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan   operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar danproses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
·         Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
·         Pendidikan dalam keperawatan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan yang dimilikinya sehingga dapat diaplikasikan dalam bentuk pelayanan professional yang berbentuk bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
·         Pendidik kesehatan adalah : seseorang yang memberi pendidikan maupun bimbingan kepada  orang lain dibidang kesehatan, dengan tujuan terjadinya perubahan tingkah laku positif  tentang kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
·         Peserta didik adalah : klien (individu,keluarga,masyarakat) yang mendapatkan materi pendidikan atau bimbingan di bidang kesehatan, sehingga klien tersebut secara mandiri mau melakukan perubahan tingkah laku yang positif dan permanen dalam meningkatkan derajat kesehatannya.
B.     Sejarah dan Perkembanagan Pendidikan Keperawatan
       1.      Sejarah Pendidikan Keperawatan
·         Zaman purbakala ( Primitif Culture )
Manusia percaya bahwa apa yang ada di bumi, mempunyai kekuatan spritual/mistik yang mempengaruhi kehidupan manusia (animisme) Sakit di sebabkan oleh kekuatan alam/kekuatan gaib (batu-batu besar, gunung tinggi & pohon-pohon besar) serta masyarakat masih percaya pada dukun
·         Zaman mesir
Masyarakat percaya dewa ibis mampu menyembuhkan penyakit di Cina, syetan sebagai penyebab penyakit akibatnya perawat tidak di perkenankan untuk merawat.
·         Pertengahan abad VI masehi
Keperawatan berkembang di benua asia tepatnya asia barat daya yaitu timur tengah seiring dengan  perkembangan agama Islam.
·         Abad VII
Di jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan obat-obatan.
Keperawatan mengalami kemajuan dengan prinsip dasar kesehatan pentingnya kebersihan diri (personal hygiene), kebersihan makanan, air & lingkungan. Tokoh yang terkenal dari dunia arab pada masa itu adalah Rafidah.
·         Permulaan abad XVI
Orientasi masyarakat pada saat terjadi perang dimana rumah ibadah banyak yang tutup yang biasanya di gunakan untuk merawat orang sakit.
Perawat di gaji rendah dengan jam kerja yang lama pada kondisi kerja yang buruk. Sisi positif dari perang untuk perkembangan keperawatan korban banyak membutuhkan tenaga sukarela sebagai perawat (orde-orde agama, istri yg mengikuti suami perang & tentara-tentara yang merangkap sebagai perawat) konsep P3K.
Rumah sakit yang berperan besar tahap perkembangan keperawatan pada masa kini (zaman pertengahan) yaitu hotel Dieu di Lion awalnya perawat mantan seks yang bertobat, tidak lama kemudian menggunakan perawat yang terdidik dari rumah sakit tersebut.
Hotel Dieu di Paris orde agama, setelah revolusi orde agama dihapus di ganti orang-orang bebas yang tidak terikat agama, pelapor perawat terkenal rumah  sakit ini yaitu Genevieve Bouquet
St. Thomas Hospital, di dirikan tahun 1123 M Florence Nigtingale memperbaharui keperawatan.
·         Pertengahan abad XVIII – XIX
Keperawatan mulai di percaya orang yaitu Florence Nigthingale.
Beliau lahir tahun 1820 dari keluarga kaya, terhormat, tumbuh & berkembang di Inggris, di terima mengikuti kursus pendidikan perawat usia 31 tahun.
     2.      Perkembangan Keperawatan Di Indonesia
Masa pemerintahan Belanda
·         Perawat berasal dari penduduk pribumi (Velpleger) di bantu penjaga orang sakit (Zieken Oppaser)
·         Bekerja di R.S Binnen Hospital di Jakarta (1799) memelihara kesehatan staf & tentara Belanda
·         Membentuk dinas kesehatan tentara & dinas kesehatan rakyat
Masa VOC (Gubenur Inggris Rafles 1812-1816)
·         Kesehatan adalah milik manusia melakukan pencacaran umum.
·         Membenahi cara perawatan pasien dengan gangguann jiwa.
·         Memperhatikan kesehatan & perawatan para tahanan.
1.      3.      Perkembangan Organisasi Profesi Keperawatan
Beberapa organisasi keperawatan
1.      ICN (International Council of Nurses) organisasi profesional wanita pertama di dunia di dirikan tgl 1 Juli 1899 o/ Mrs.Bedford Fenwick.
Tujuannya:
·         Memperkokoh silaturahmi perawat seluruh dunia
·         Memberi kesempatan bertemu bagi perawat di seluruh dunia untuk membicarakan masalah keperawatan.
·         Menjunjung peraturan dlm ICN agar dapat mencapai kemajuan dalam pelayanan, pendidikan keperawatan berdasarkan kode etik profesi keperawatan.
1.      ANA di dirikan tahun 1800 yg anggotanya dari negara- negara bagian, berperan:
·         Menetapkan standar praktek keperawatan.
·         Canadian Nurse Association (CNA) tujuan sama dengan ANA memberikan izin praktek keperawatan mandiri.
1.      NLN (National League for Nursing) di dirikan tahun 1952, tujuan untuk pengembangan & peningkatan mutu pelayanan keperawatan & pendidikkan keperawatan.
2.      British Nurse Association di dirikan tahun 1887, tujannya:
memperkuat persatuan & kesatuan seluruh perawat di Inggris & berusaha memperoleh pengakuan terhadap profesi keperawatan.
1.      PPNI di dirikan 17 Maret 1974.
1.      C.    Tujuan Pendidikan Dalam Keperawatan
Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum, seperti menjadi manusia yang baik, bertanggung jawaab, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan negara, dan sebagainya.
Dalam dunia pendidikan dikenal sejumlah usaha untuk menguraikan tujuan yang sangat umum tersebut. Salah seorang diantaranya adalah Herbert Spencer (1860) yang menganalisis tujuan pendidikan dalam lima bagian, yang berkenaan dengan:
1.      Kegiatan demi kelangsungan hidup.
2.      Usaha mencari nafkah.
3.      Pendidikan anak.
4.      Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara.
5.      Penggunaan waktu senggang.
Tujuan pendidikan yang dikemukakan Herbert Spencer tersebut didasarkan atas apa yang dianggapnya paling berharga dan perlu untuk setiap orang bagi kehidupannya dalam masyarakat.
Bloom cs mebedakan tiga kategori tujuan pendidikan, yaitu :
1.      1.      Kognitif (head)
Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individual mengenal dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual atau mental. Tujuan kognitif dibagi dalam 6 bagian, yaitu;
a)      Knowledge (Pengetahuan)
Meliputi informasi dan fakta yang dapat dikuasai melalui hafalan untuk diingat.
b)      Comprehension (Pemahaman)
Merupakan kesanggupan untuk menyatakan suatu definisi, rumusan, menafsirkan suatu teori.
c)      Application (Penerapan)
Merupakan kesanggupan menerapkan atau menggunakan suatu pengertian, konsep, prinsip, teori yang memerlukan penguasaan pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam.
d)     Analysis (Analisis)
Yaitu kemampuan untuk menguraikan sesuatu dalam unsur-unsurnya misalnya analisis hubungan antara masyarakat dengan alam dan jagad raya.
e)      Synthesis (Sintesis)
Yaitu kesanggupan untuk melihat hubungan antara sejumlah unsur.
f)       Evaluation (Penilaian)
Penilaian berdasarkan bukti-bukti atau kriteria tertentu.
1.      2.      Afektif (heart)
Tujuan afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, dan nilai-nilai atau perkembangan emosional dan moral.  Tujuan afektif dibagi dalam 5 bagian, yaitu;
a)      Receiving
Menerima, menaruh perhatian terhadap nilai tertentu.
b)      Responding (Merespon)
Yaitu memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu, menunjukan kesediaan dan kerelaan untuk merespon, merasa puas dalam merespon.
c)      Valuing (Menghargai)
Yaitu menerima suatu norma, menghargai suatu norma, dan mengikat diri pada norma tersebut.
d)     Organization (Organisasi)
Membentuk suatu konsep tentang suatu nilai, menyusun suatu sistem nilai-nilai.
e)      Characterization by Value or Value Complex
Mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi sehingga merupakan watak seseorang, norma itu menjadi bagian diri pribadi.
1.      3.           Psikomotor (hand)
Tujuan psikomotor menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung unsur motoris.
Peran perawat tidak hanya care giver (pemberi asuhan) saja tetapi juga sebagai concelor, educator dan concultant, sehingga dengan perannya tersebut seorang perawat memerlukan pengetahuan tentang pendidikan agar bisa memberikan pendidikan secara sistematis sesuai cara, metode dan media pendidikan yang benar dan tepat terhadap klien, sehingga hasil dari pendidikan yang diberikan kepada klien bisa tercapai tepat sasaran dan tepat guna.
Perawat Harus menguasai bidang pendidikan, karena dengan mempelajari ilmu pendidikan seorang mahasiswa prodi keperawatan diharapkan dapat memberi dan menerima informasi yang akan dibutuhkan dalam menghadapi pasien ( orang lain) sehingga mampu mengarahkan pada pencapaian kompetensi profesional.
1.      D.    Fungsi Pendidikan Keperawatan
1.      Fungsi pendidikan
Fungsi ini terdiri atas tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1.      Peserta didik dalam hal kaulifikasi/persyaratan, mekanisme seleksi dan penerimaan, serta daya tampung peserta didik.
2.      Proses pendidikan yang mencakup tujuan pendidikan/rumusan kompetensi, kurikulum pendidikan, proses pembelajaran/evaluasi hasil belajar, fasilitas sumber daya pendidikan, dan rumah sakit pendidikan.
3.      Lulusan yang mencakup kaulifikasi/persyaratan, mekanisme penilaian akhir/keprofesian, dan jumlah yang diluluskan dan sebaran.
4.      Fungsi penelitian
Fungsi ini mencakup :
1.      Berperan aktif dalam riset dasar dan terapan, pengembangan ilmu pengetahuan ilmu keperawatan, mengembangangkan teknologi keperawatan, meningkatkan mutu, dan memperluas jangkauan pelayanan
2.      Manfaatkan tekhnologi maju secara tepat dalam rangka meningkatkan mutu dan memperluas jangkauan pelayanan professional
3.      Melaksanakan berbagai bentuk kegiatan ilmiah yang meliputi ceramah/diskusi ilmiah, forum ilmiah, tulisan ilmiah/majalah ilmiah dan pengawal ilmu keperawatan.
4.      Fungsi pengabdian masyarakat
Fungsi ini mencakup :
1.      Pelayanan kepada masyarakat melalui berbagai bentuk, sifat dan jenjang pelayanan kepada masyarakat, serta membangun model pelayanan/asuhan keperawatan
2.      Pendidikan dan bimbingan masyarakat dengan cara membina kemampuan masyarakat mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi.
3.      Mengarahkan kemampuan masyarakat untuk mengorganisir dan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan professional
4.      Memberi konsultasi dalam keperawatan kepada berbagai pihak yang memerlukan.
1.      E.     Peran Pendidikan Tinggi Keperawatan
1.      Membina sikap pandangan dan kemampuan professional
Pendidikan tinggi keperawatan sangat berperan dalam membina sikap, pandangan dan kemampuan professional, lulusannya. Diharapkan perawat mampu bersikap dan berpandangan professional, berwawasan keperawatan yang luas, serta mempunyai pengetahuan ilmiah keperawatan yang memadai, dan menguasai keterampilan professional secara baik dan benar (Husin, 1966).
Sebagai perawat profesioanal diperoleh kepuasaan kerja yang selanjutnya memacu pencapaian kemampuan melalui penampilan kerja yang lebih baik lagi. Kemampuan berpikir kritis dalam mengambil keputusan serta mampu mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakan yang dilakukan merupakan salah satu factor utama tercapainya kepuasaan kerja (Jones dan Beck, 1996). Kepuasaan kerja perawat akan menghasilkan kepuasaan pada pemakai jasa keperawatan, baik masyarakat maupun intitusi tempat bekerja.
1.      Meningkatkan mutu pelayanan/ askep dan kesehatan
Pendidikan keperawatan menghasilkan perawat yang bersikap professional mencakup keterampilan intelektual, interpersonal, dan tekhnikal, mampu mempertanggungjawabkan secara legal, keputusan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan standar dan kode etik profesi, serta dapat menjadi contoh peran bagi perawat lain.
Teori dan model keperawatan dapat dikatakan bermanfaat, jika bisa diterapkan dipelayanan, begitu pula dengan system manajemen keperawatan yang dipelajari selama pendidikan. Fasilitas pelayanan yang dapat digunakan sebagai sumber pendidikan yang diharapkan cukup kondusif untuk proses pembelajaran peserta didik (Hamid, 1997)
1.      Menyelesaikan masalah keperawatan dan mengembangkan iptek keperawatan melalui keperawatan
Kerja sama yang terjalin dengan baik antara institusi pendidikan dan pelayanan memungkinkan terjadinya transformasi IPTEK, termasuk teridentifikasinya masalah kesehatan, khususnya yang terkait dengan masalah keperawatan untuk penelitian keperawatan yang bertujuan menghasilkan jawaban terhadap pertanyaan, menghasilkan solusi masalah, baik melalui produk berupa tekhnologi atau metode baru maupun produk jasa serta menguji teori berdasarkan kondisi atau fakta baru. (Leddy dan Pepper, 1993; Mayer, Medden dan Lawrence, 1990)
1.      Meningkatkan kehidupan keprofesian melalui organisasi profesi
Pendididkan tinggi keperawatan akan memfasilitasi perkembangan kehidupan organisasi keperawatan untuk lebih professional. Dengan pendidikan profesioanal, perawat sebagai anggota dari suatu organisasi profesi akan lebih memahami dan menghayati peran, tanggung jawab, dan haknya sebagai anggota organisasi profesi yang memiliki sifat, pandangan, dan kemampuan professional sangat memungkinkan organisasi keperawatan berperan sabagai pengendali mutu pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat melalui pengaturan hak, tanggung jawab, dan kewengan tiap perawat berdasarkan kompetensi yang dimiliki (SCHMALE,1996).
Selain itu, organisasi profesi akan lebih berperan dalam proses pengembangan dan pembinaan keterampilan professional dan menerapkan kode etik profesi bagi tiap anggotanya melalui pengaturan dan pengadaan system pendidikan berkelanjutan serta mengendalikan pemanfaatan dan pengembangan IPTEK keperawatan(husin, 1999).
1.      F.     Penataan Pendidikan Tinggi Keperawatan
Penataan pendidikan ini dimulai dengan penataan system pendidikan keperawatan yang dimulai dari:
1.      Program pendidikan D-III keperawatan program pendidikan ini akan menghasilkan perawat Vokasional (ahli madya keperawatan) yang dikembangkan dengan landasan keilmuan dan keprofesian serta diharapkan memiliki tingkah laku dan kemampuan professional serta akuntabel dalam melaksanakan asuhan keperawatan dasar secara mandiri dibawa sepervisi. Mereka diharapkan mempunyai kemampuan mengelolah peraktek keperawatan yang sesuai dangan kebutuhan klien.
2.      Program pendidikan ners
Program pendidikan ini menghasilkan sarjana keperawatan dan professional (Ns = first professional degree) dengan sikap, tingkah laku, dan kemampuan professional, serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan keperawatan dasar sampai dengan tingkat kerumitan tertentu secara mandiri. Mereka dituntut untuk memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan memanfaatkan IPTEK keperawatan yang maju secara tepat guna, serta kemampuan melaksanakan riset keperawatan dasar dan penerapan yang sederhana.
1.      Program magister keperawatan program ini menghasilkan perawat ilmuan (scintist) dengan sikap tingkah laku dan kemampuan sebagai ilmuan keperawatan yang diharapkan mempunyai kemampuan: meningkatkan pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan, berpartisipasi dalam pengembangan bidang ilmunya, mengembangkan penampilanya dalam spectrum yang lebih luas dengan mengaitkan ilmu/profesi yang serupa serta merumuskan pendekatan penyelesaian berbagai masalah masyarakat dengan cara penalaran ilmiah (keputusan Mendikbud Nomor.056/U/1994/pasal 2 ayat 3).
2.      Program pendidikan ners spesialis
Program pendidikan ini menghasilkan perawat ilmuan (magister) dan professional (Ns spesialis = second professional degree) dengan sikap, tingkah laku, dan keterampilan professional serta akuntabel untuk melaksanakan prektik keperawatan spesialistik ners spesialis merupakan ilmuan dalam bidang ilmu keperawatan klinik dengan kemampuan dan tanggung jawab sebagai ilmuan klinik (SK Mendikbud No.056/U/1994).
1.      G.    Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan
Kata sistem menjadi populer dengan munculnya pendekatan sistem yang digunakan dalam berbagai bidang ilmu. Sistem secara teknis berarti seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekrja bersama – sama untuk mencapai suatu tujuan . kata sistem berasal dari bahasa latin (syst dan ema) dan bahasa yunani (sust dan ema ) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi. istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan suatu kesatuan yang berintraksi, ketika suatu model matematika sering kali dapat buat.
sistem merupakan kesatuan bagian – bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak. misalnya, negara yang merupakan suatu kumpulan dalam beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara dengan rakyat sebagai penggeraknya. ‘’ sistem’’ sering kali digunakan baik dalam prcakapan sehari-hari , forum diskusi maupun dokumen ilmiah.
Landasan pembangunan sistem pendidikan tinggi keperawatan di indonesia merupakan bagian terintegrasi dari sistem pendidikan tinggi nasional karena hakikat pendidikan tinggi keperawatan sebagai pendidikan profesi dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Melalui pelaksanaan tiga fungsi pokok pendidikan tinggi keperawatan, yaitu pendidikan keperawatan, riset keperawatan dan pengabdian masyarakat ,di harapkan pendidikan tinggi keperawatan menghasilkan berbagai karakter dan sifat lulusan yang kompoten dalam bidang pelayanan dan konsultasi keperawatan bagi masyarakat. Pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan merupakan pandangan filosifis atau paradigma tentang keperawatan , orientsi pendidikan tinggi , kerangka konsep pendidikan tinggi keperawatan , dan kelompok ilmu keperawatan.
1.      H.    Pendidikan Profesi Keperawatan
Pendidikan tinggi keperawatan dikembangkan berdasarkan dan bertolak dari paradigma keperawatan. Orientasi pendidikan tinggi keperawatan yang mantap dan kerangka konsep pendidikan tinggi yang kokoh memungkinkan profesi keperawatan menghadapi masa depan dan tidak tergoyangkan oleh perubahan – perubahan pandangan perorangan, terutama yang bersifat menyimpang dari hakikat keperawatan yang sesungguhnya. Kperawatan berkeyakinan dan berpandangan bahwa manusia dan kemanusian merupakan focus utama dari setiap upaya pelayanan keperawatan dengan menjunjung tinggi nilai dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Bertolak dari pandangan ini disusun paradigm keperawatan yang terdiri dari 4 konsep yaitu manusia, lingkungan, sehat, dan Keperawatan.
Kelly  (1981) dalam Ma’rifin (2003) mengembangkan criteria profesi meliputi :
1.      Layanan yang diberikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kemanusiaan.
2.      Adanya body of knowledge yang khusus dipelajari dan dikembangkan melalui proses penelitian.
3.      Layanan yang diberikan termasuk aktivitas intelektual, tanggung jawab dan tanggung gugat secara individu merupakan suatu tangtangan yang besar dan harus dijawab.
4.      Perawat praktisi relative bebas dan dapat mengontrol kebijakan dan aktivitas yang mereka perbuat (otonomi).
5.      Perawat praktisi harus memiliki dasar pendidikan di institusi pendidikan tinggi.
6.      Pearwat praktisi`memberikan pelayanan dengan motivasi altruistikdan menganggap bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan kegiatan terpenting di hidupnya
7.      Terdapat kode etik yang memberikan panduan dalam mengambil keputusan dan meneruskan praktik yang mereka lakukan
8.      Terdapat organisasi profesi yang dapat memberikan bantuan dan dorongan dalam menerapkan standar praktek keperawatan.
Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi mengarahkan hasil pendidikan menjadi tenaga professional. Melalui sistim pendidikan ini, dihasilkan perawat yang dapat menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan tuntutan profesi untuk memberikan pelayanan professional kepada masyarakat. Peran perawat sebagai :
1.      Mitra kerja
Hubungan perawat-klien merupakan hubungan yang memerlukan kerja sama yang harmonis atas dasar kemitraan sehingga perlu dibina rasa saling percaya, mengasihi dan menghargai.
1.      Sumber informasi
Perawat harus mampu memberikan informasi yang akurat, jelas, dan rasional kepada klien dalam suasana yang bersahabat dan akrab.
1.      Pendidik
Perawat harus berupaya memberikan pendidikan, pelatihan dan bimbingan pada klien atau keluarganya terutama dalam mengatasi masalah kesehatan.
1.      Pemimpin
Perawat harus mampu memimpin klien atau keluarga untuk memecahkan masalah kesehatan melalui proses kerja sama dan partisipasi klien.
1.      Wali atau pengganti
Perawat merupakan individu yang dipercaya klien untuk berperan sebagai orang tua, tokoh masyarakat atau rohaniawan guna membantu memenuhi kebutuhan.
1.      Konselor
Perawat harus dapat memberi bimbingan terhadap masalah klien sehingga pemecahan masalah akan mudah dilakukan.
Akan tetapi pendidikan profesi keperawatan yang bertujuan mewujudkan pelayanan professional harus dilandasi oleh kemampuan meneliti dari peserta didiknya. Kemampuan ini ditimbulkan melalui keingintahuan yang tinggi selama proses pendidikan yang dipelihara sedemikan rupa sehingga setelah lulus perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan yang berbasis fakta (Evidence based practice).


DAFTAR PUSTAKA
Simamora Roymond H.,M.Kep, Ns.2009.Pendidikan Dalam Keperawatan.Jakarta:EGC.
Salam dan Salmon,Ferry.2009. Pendidikan Dalam Keperawatan.Jakarta:Salemba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar